Harap Tunggu ....
Apa yang kira-kira dilakukan manusia purba di atas bukit?
Kira-kira inilah yang menarik perhatian kita semua untuk mengunjungi salah satu situs megalitikum yang terdapat di Dusun Sumber, Desa Karang Sengon. Temuan benda purbakala di desa ini menandakan bahwa desa Karang Sengon pernah menjadi tempat tinggal manusia prasejarah!
Benda peninggalan budaya masa prasejarah yang dapat ditemukan di situs megalitik Karang Sengon yaitu sarkofagus, menhir, makam bilik dan arca. Keempat jenis benda tersebut masuk ke periode batuan Neolitikum, yang khususnya pada aspek Megalitikum. Kebudayaan Megalitikum berkembang pada masa Neolitikum, ketika kegiatan manusia purba sudah lebih beragam dan kompleks, peradaban sudah mulai tertata, peralatan sudah mulai dihaluskan, rumah sudah menetap, menghasilkan makanan sendiri dan aktivitas bercocok tanam mulai diterapkan.
Siapa manusia pendukung kebudayaan ini? Manusia prasejarah yang menjadi pendukung periode Neolitikum (2500-1500 SM) merupakan bangsa Austronesia yang merupakan campuran antara ras Melanosoid (orang Papua saat ini) dan Mongoloid (bangsa dengan kulit kuning atau berasal dari Daratan Asia). Bangsa Austronesia pada periode Megalitikum sudah mulai mengembangkan kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka percaya terhadap makhluk halus dan roh. Kepercayaan ini muncul sebelum terdapat agama wahyu masuk ke Asia Tenggara. Pada masa ini berkembang kepercayaan bahwa roh orang yang mati tidak pergi selama-lamanya meninggalkan masyarakat dan benda-benda yang ada di bumi didiami oleh jiwa yang harus dihormati. Mereka menghormati bentang alam seperti laut, gunung, hutan, dan gua. Kepercayaan ini terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap alat-alat upacara dan upacara kematian. Alat-alat upacara dibutuhkan untuk prosesi penyembahan kepada roh nenek moyang dan juga proses penguburan orang yang berpengaruh. Peralatan tersebut dipercaya untuk memudahkan roh ke alam arwah.
Gunung, bukit, matahari, bulan, langit dan hutan sebagai tempat yang dikuduskan, menjadi tempat tinggal manusia-manusia prasejarah sepanjang kehidupan religius mereka berlangsung. Matahari dianggap sebagai dewa, bulan sebagai dewi, langit sebagai kerajaan, bumi sebagai pelindung atau pengawal manusia, gunung dan tempat-tempat tinggi dianggap sebagai istana para roh leluhur. Maka dari itu, gunung dianggap dapat memberikan perlindungan, keselamatan, kesejahteraan, serta kemakmuran. Lalu, selain menjalani kehidupan pribadi mereka, mereka secara bersama-sama juga melaksanakan upacara dan menghasilkan peralatan upacara. Menhir dan arca berperan sebagai pelambang nenek moyang, sarkofagus dan kubur bilik digunakan untuk menguburkan orang-orang berpengaruh yang rohnya akan melindungi masyarakat setempat.